Devon meraung dan berlari dengan marah.
Axel dan kedua orang lainnya membeku di tempat.
Tadinya mereka mengira bahwa Devon dan Nara dapat mengobrol dengan baik sehingga mereka juga ingin datang dan melihat apa ada kabar baik dari mereka.
Siapa sangka situasi mereka malah menjadi seperti ini.
Devon yang dihajar hingga seperti ini. Apa yang sedang terjadi?
Pada saat ini mereka melihat Reva yang berdiri di depan pintu dan ekspresi yang ada di wajah mereka adalah marah.
“Reva, apa yang terjadi?”
“Coba kau jelaskan kepadaku!” Axel meraung.
Ekspresi Reva tampak dingin. Dia sama sekali tidak ingin mempedulikannya.
Meskipun dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, Axel dan yang lainnya mengenal Devon sehingga sudah cukup untuk menjelaskan semuanya.
Biasanya Reva tidak peduli dengan perlakuan keluarga Shu kepadanya.
Dia mencintai Nara sehingga dapat mentolerir kekurangan keluarganya.
Uang bukan hal penting baginya jadi dia tidak akan bertengkar dengan mereka gara ini. Kalau keluarga Shu menginginkannya, dia akan memberikannya.
—
gara hal
Dengan ilmu medis seperti yang dia miliki itu, mau berapa banyak uang yang tidak bisa dia
hasilkan?
Namun, kali ini mereka sudah menyentuh batas kesabarannya.
Axel dan yang lainnya mencari pria seperti itu untuk datang dan hampir saja memaksa Nara melakukan hal yang hina seperti itu. Ini sudah menyentuh batas kesabarannya Reva. Jadi bagaimana mungkin Reva bisa bersikap sopan kepada mereka?
Nara bahkan lebih marah lagi dan berteriak, “Kalian masih berani tanya apa yang telah terjadi?”
“Apa ini orang yang kalian katakan mau bekerjasama?”
“Putranya sudah berani datang ke kantor untuk menghina aku!”
“Axel, apa kau sudah gila!”
Nara sangat marah sekali hingga langsung memanggil ayahnya dengan menyebut namanya.
Apa yang terjadi hari ini benar–benar membuatnya mau gila!
Axel tercengang. Ini adalah pertama kalinya Nara memperlakukannya seperti ini.
Sejujurnya, saat Nara sudah tidak mau mendengarkan apa–apa lagi, sikapnya itu juga dapat membuat Axel sedikit panik.
Dengan cepat dia berkata, “Aku…. aku tidak tahu.”
“Dia bilang dia ingin mengobrol denganmu, tetapi… tetapi siapa sangka dia akan melakukan hal seperti itu?”
Hana langsung mengeluarkan ponselnya lalu dengan penuh semangat dia hendak menelepon polisi.
Nara langsung merebut ponselnya dan melemparkannya ke lantai dan menghancurkannya.
“Hana, keluar kau dari tempat ini!”
“Kalau kau berani masuk lagi ke perusahaanku, aku akan meminta satpam untuk mematahkan kakimu!” Nara meraung.
Hana cemberut, “Kak, apa…. apa maksudmu?”
“Aku ini adikmu sendiri, mengapa kau memperlakukan aku seperti ini?”
“Kenapa, ini perusahaan keluarga kita. Apa kau takut aku akan merebut sahammu?”
“Aihh benar juga kata orang yah.”
“Tidak peduli apakah itu hubungan keluarga ataupun persahabatan, kalau berkaitan dengan keuntungan, semua itu tidak ada gunanya.”
Ada banyak orang yang berbisik bisik seolah–olah mereka sedang menyaksikan drama. keluarga yang memperebutkan harta kekayaan.
Wajah Axel tampak dingin, “Nara, kau sudah kelewatan!”
“Memangnya kenapa kalau Hana datang ke perusahaan?”
“Ini adalah perusahaan keluarga Shu kita. Orang–orang keluarga Shu kita berhak untuk datang!”
“Atas dasar apa kau bisa berbicara seperti ini kepada Hana?“
Comments
The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat