Bab 784
Setelah masalah pasien diselesaikan lalu dekan Bobby dengan ramah mengundang Reva dan Devi untuk datang ke kantornya.
Selama perjalanan, dekan Boliby juga memahami sedikit tentang situasinya.
“Ternyata si pasien ditabrak mobil oleh adik sepupumu!”
“Haih, a
da ini, tidak baik untuk mengemudi dengan ceroboh seperti itul
Dekan Bobby berkata dengan emosi.
Reva juga hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya. Sebenarnya masalah si Jayden ini sudah bisa ditebak sejak awal.
Orang ini terlalu arogan dan sombong. Apalagi dia juga sudah sering bermain balap mobil di luar negeri. sehingga cepat atau lambat pasti akan terjadi sesuatu.
Namun tidak disangka masalahnya akan menjadi sebesar ini.
Alasan mengapa Reva mau bertindak untuk menyelamatkan si pasien adalah karena dia tidak ingin nyawa seorang manusia hilang begitu saja.Dan alasan keduanya adalah karena mobil itu masih terdaftar atas nama
Reva.
Kalau sampai orang yang ditabrak itu benar–benar mati maka nanti prosesnya pasti akan repot sekali.
Lalu ketiganya duduk dan mengobrol sebentar. Dekan Bobby dapat melihat bahwa Devi sangat mengagumi keahlian ilmu medis Reval.
Dan ini membuat dekan Bobby sangat penasaran.
Bagaimanapun juga, latar belakang keluarga Devi bergerak di bidang medis.
Sementara dokter Tanaka sendiri adalah dokter terkenal di kota Carson.
Kalau secara logika, orang yang memiliki keahlian medis dan bisa membuat Devi tertarik itu tidak banyak.
Dan sekarang dia tampak sangat menghormati Reva. Apa mungkin keahlian medis Reva benar–benar begitu tinggi?
Bahkan dokter Hale pun mengaguminya?
Terpikir akan hal ini, tiba–tiba di dalam hatinya dekan Bobby teringat dengan sesuatu.
Kalau keahlian medisnya Reva benar–benar sangat brilian. Apa dia dapat memintanya untuk memeriksa pasien yang ada di dalam rumah sakit itu?
Setelah mempertimbangkannya sebentar lalu dekan Bobby menemukan sebuah kesempatan dan langsung berkata: “Tuan Lee, aku ingin meminta kau membantuku dengan sesuatu!”
Melihat bahwa dekan Bobby juga orang yang sangat sopan lalu Reva mengangguk dan berkata, “Dekan Bobby.
katakan saja thilak apa – apa.”
Dekan Bobby menghela nafas dengan pelan. “Jadi begini.
i ada banyak villa yang berdiri sendiri. Ini adalah tempat dimana para pejabat dan petinggi besar memulihkan diri mereka.
Di belakang villa villa ini ada sebuah bangunan bobrok yang relatif kecil dan pendek.
Dengan tidak enak hati dekan Bobby berkata, “Disini adalah tempat para petugas kebersihan rumah sakit meletakkan barang–barangnya.”
“Kondisi pasien ini agak istimewa. Kami juga tidak tahu apakah penyakitnya itu bisa menular atau tidak. sehingga kami hanya bisa menempatkannya di ruangan lielakang ini untuk sementara.”
Devi mengerutkan keningnya: “Apa keluarganya setuju dia tinggal di lingkungan seperti ini?”
Dekan Bobby menggelengkan kepalanya: “Dia tidak punya keluarga.”
Devi terperangalı: “Tidak punya keluarga?”
“Apa dia hidup sendiri?”
Dekan Bobby menghela nafas dengan tak berdaya. Lalu dengan suara rendah berkata, “Aku benar–benar merasa malu untuk menterit masalah ini.”
“Sebenarnya… pasien ini aku… aku yang membawanya sendiri ke sini.”
“Tadinya dia adalah seorang pengemis. Setengah bulan yang lalu, saat istriku membawa mobil, secara tak sengaja dia menabraknya lalu membawanya ke rumah sakit.”
“Kami tidak bisa menghubungi pihak keluarganya dan kami juga tidak bisa menyembuhkan penyakitnya. Mau tidak mau kami hanya bisa menempatkannya di sini untuk sementara.”
Comments
The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat