Login via

Menantu Dewa Obat novel Chapter 740

Bab 740

Nara juga merasa kesal dan langsung berkata, “Tante ketiga, tidak perlu repot – repot.”

“Ini urusanku sendiri. Aku bisa membuat keputusan sendiri.”

“Tidak peduli berapa penghasilannya sebulan tetap saja dia suamiku.”

“Meski dia tidak bisa menghasilkan sepeser uang pun, dia tetap saja orang yang aku cintai dan aku tidak akan pernah menceraikannya!”

Reva terkekeh dan menggenggam tangan Nara.

Anissa tidak suka dengan orang yang tak berguna. “Bocah bodoh, apa kau kira tante ketiga–mu ini mau menyakitimu?”

“Tante ketiga benar– benar memikirkan tentang dirimu!”

“Mengapa... mengapa kau begitu tidak patuh?”

Vivi mendengus dengan dingin, “Aihh, ngga kelihatan loh ternyata kakak sepupu lebih suka memiliki brondong kecil.”

“Hanya saja si brondong ini tidak terlalu tampan.”

“Kakak sepupu sebenarnya apa yang kau harapkan dari dia?”

“Apa servisnya bagus di tempat tidur?”

Satu ucapannya itu langsung membuat seisi rumah merasa malu.

Dengan marah Anissa berkata, “Fifi, apa yang kau katakan?”

Nara memerah wajahnya karena marah: “Kau tidak perlu mengurusi urusanku!”

“Dan juga kalian tidak punya hak untuk mengatai apapun tentang Reva!”

Anissa merasa kesal: “Apanya yang tidak punya hak?”

“Nara, mengapa kau menjadi seperti ini sekarang?”

“Dia itu laki–laki, sedikit motivasi pun tak ada. Memangnya apa salahku kalau mengatakan beberapa patah kata kepadanya?”

“Aku ini tante ketigamu. Dulu waktu kau baru lahir, aku yang menggendongmu. Apa aku tidak boleh mengatakan sepatah dua patah kata?”

Nara merasa tidak berdaya. Status tante ketiganya ini membuatnya tidak mungkin bisa berdebat dengannya.

Pada saat ini, pintu ruangan VIP terbuka dan si pelayan datang dengan dua botol anggur.

“Halo semua, ini adalah Romance Conti tahun 1995.”

“Apa perlu dibuka sekarang?” tanya pelayan itu sambil tersenyum dengan ramah.

Beberapa orang di ruangan itu saling menatap. Vivi langsung berseru dan berkata dengan panik, “Siapa… siapa yang memesan Romance Conti?”

“Apa kalian tahu berapa harga sebotol anggur ini?”

“Aku.. aku benar–benar sudah muak!”

“Tante kedua, apa ada orang yang seperti kalian ini?”

“Dua botol anggur ini mau kalian minum di sini atau di bawa pulang?”

“Kalau ingin dibawa pulang, kami bisa membantu kalian membungkusnya dulu sekarang.”

Beberapa orang di ruangan itu langsung tercengang.

Mata Vivi membelalak dengan lebar: “Wehh, wehh…kau.. kau… apa.. apa yang kau katakan itu benar adanya?”

Bos kalian lang memberikannya?”

“Apa kau yakin? Apa itu benar–benar hadiah dari bos kalian?”

“Biar aku beritahu vah, coba kau katakan sekali lagi, aku mau merekam suaramu.

“Kalau udak, nanti begitu kita sudah minum, kau malah mau memeras kami lagi. Tidak bisa seperti itu!”

Si pelayan menatapnya dan berkata dengan sungguh – sungguh. “Nona, kau dapat merekam apapun yang kau inginkan.”

“Aku bisa bertanggung jawab atas apa yang aku katakan!”

“Dua botol anggur ini memang diberikan oleh bos kami.”

“Bos kami juga sudah melunasi tagihan konsumsi untuk malam ini.”

Vivi benar– benar terpana sambil menatap dua botol anggur itu. Dia benar – benar tidak mengerti apa yang sedang terjadi!

Tiba – tiba dia kaget dan langsung berkata, “Pa, apa bos restoran ini jangan – jangan temanmu sendiri?”

Reading History

No history.

Comments

The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat