Bab 68
Ekspresi Reva tetap tenang: “Ma, jangan khawatir.”
“Masalah itu sudah beres semua dan rekening akan segera dicairkan.”
Alina melirik Reva: “Hehh, Reva, kau sekarang membual sudah tak perlu pakai otak lagi yah? Asal ngomong pun jadi?”
“Oke, hari ini aku akan lihat apakah rekeningnya sudah dicairkan!”
“Tetapi aku akan berbicara di awal yah, jika rekening ini tidak dapat dicairkan maka kau harus siap untuk menceraikan Nara!”
“Ma!” Nara menjadi cemas:”Kau bicara apa? Aku tidak akan menceraikan Reva!”
Alina mendelik kepadanya:”Tidak mau cerai?”
“Oke kalau begitu kau minta dia untuk cairkan rekeningnya!”
“Asal dia dapat membuktikan bahwa dia tidak membual maka tidak perlu cerai!”
Nara menatapa Reva dengan resah tetapi wajah Reva tetap tenang. Seolah – olah dia
sudah berhasil.
Alina dan Axel memelototinya dan pergi dengan marah.
Keduanya yang baru berjalan sampai ke pintu perusahaan melihat Jansen yang berjalan mondar mandir disana.
“Manajer Jansen, mengapa kau ada disini?” Alina buru – buru menyapanya:”Aiihh, kalau mau datang beritahukan saja kepadaku, aku akan meminta seseorang untuk menyambutmu.”
“Ayo, ayo, ayo, mari kita keatas, mari kita keatas!”
Jansen berjalan dengan menunduk dan mengikuti mereka berdua keatas.
Setelah masuk ke dalam kantor, Alina baru saja hendak membuat teh tampak terkejut dengan sikap Jansen yang tiba – tiba saja berlutut dengan bunyi gedebuk keras.
“Kakak Shu, kakak ipar, aku…aku tahu aku sudah salah. Aku sudah mencairkan
rekening perusahaan farmasi Shu, aku…aku berjanji lain kali tidak akan terjadi lagi hal seperti ini lagi.”
“Selain itu, asalkan lain kali farmasi Shu membutuhkan dana, aku.. aku akan segera menyediakannya tanpa ragu…”
“Kalian… kalian tolong maafkan aku yang telah berdosa ini. Mohon.. mohon ampuni aku….”
Axel dan Alina tampak tercengang, ada apa dengan ini semua?
Jansen yang tadinya begitu berkuasa mengapa tiba – tiba dia berlutut disini?
Apa yang sedang terjadi?
“Manajer Jansen, ada… ada apa ini?” tanya Axel dengan berbisik.
Jansen menundukkan kepalanya: “Tidak … tidak apa-apa. Kakak Shu, kau … bolehkah kau memaafkanku?”
“Reva itu tidak memiliki kemampuan apa – apa. Dia hanya mengatur jamuan makan siang ini saja. Malahan dia mencari teman – temannya sendiri untuk numpang makan dan minum disini. Yang pada akhirnya mereka juga tidak melakukan apa –
apa.”
“Kakak iparmu Hiro, meskipun kau tidak pernah suka bertemu dengannya, tetapi dia adalah orang yang paling peduli dengan perusahaan dan keluarga kita.”
“Jika Hiro tidak meminta bantuan bos Kosasih ini, perusahaan kita sudah hancur, pahamkah kau?”
Nara mengerutkan keningnya: “Ma, apa kau tidak salah?”
“Masalah ini pasti berkat bantuan mama angkat dan keluarganya.”
Alina menatap, “Omong kosong!”
“Mama angkatmu itu, memangnya dia mempunyai kemampuan apa?”
“Tadi siang mereka sama sekali tak pernah menyebut – nyebut perihal masalah perusahaan kita. Apakah itu yang dinamakan membantu?”
“Mengapa kau begitu bodoh dan bisa ditipu oleh orang seperti itu?”
Previous Chapter
Next Chapter
Comments
The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat