Bab 157
Nadine telah bergabung dengan perusahaan bahan obat tetapi anehnya Jonathan dan Rebecca juga ikut bergabung ke dalam perusahaan.
Keduanya memberi alasan bahwa mereka disini hanya untuk memantau bagaimana perusahaan memperlakukakan Nadine tetapi sebenarnya tujuan mereka adalah untuk menunjukkan martabat mereka.
Setiap kali bertemu dengan seseorang mereka akan mengatakan bahwa mereka adalah orang tua dari manajer umum perusahaan ini.
Dan sengaja mengatur dan memerintah karyawan – karyawan di perusahaan itu seolah–olah mereka ada pemilik perusahaan saja.
Pada awalnya keduanya masih tampak segan dengan Herman yang seorang CEO. Tetapi setelah mereka mengetahui bahwa Herman adalah teman Reva, mereka langsung tak lagi segan terhadapnya.
Menurut mereka, Herman bisa menjadi CEO disana juga pasti berkat hubungannya dengan Reva.
Dan perusahaan bahan obat ini juga anak perusahaan dari farmasi Shu yang merupakan industri milik keluarga Shu. Menurut mereka jika sesuai dengan aturan hubungan kedekatan mereka seharusnya Nadine yang menjadi CEO bukan Herman.
Karena itu setelah dua jam bekerja disana, Rebecca langsung menelepon Nara.
Dia meminta Nara untuk mengangkat Nadine menjadi CEO menggantikan Herman dan membiarkan Herman menjadi asisten Nadine.
Saat mendengarnya Nara marah sekali dan emosinya hampir tak tertahankan. Rebecca masih saja tidak puas setelah Nadine diberikan posisi manajer umum ditambah dengan berbagai fasilitas sesuai dengan permintaannya.
Nara awalnya ingin langsung menolak mereka tetapi dicegah oleh Reva.
“Kau tak perlu berdebat dengan mereka karena mereka sekeluarga itu tidak bisa diajak bicara.”
“Kau beritahukan kepada mereka bahwa Nadine baru masuk ke perusahaan ini dan ada banyak hal yang dia belum mengerti dan terbiasa. Setidaknya dia harus memahami hal – hal ini dulu.”
“Nanti setelah Nadine memahaminya baru diangkat menjadi CEO, paling lama sekitar seminggu.”
Ujar Reva sambil tersenyum.
Nara tampak mengernyit: “Reva, apakah kau yakin dengan memberikan jawaban kepada mereka seperti itu?”
“Keluarga ini sangat perhitungan, mereka akan menagihnya.”
“Jika setelah seminggu tidak diangkat menjadi CEO, mereka pasti akan membuat keributan!”
Reva tersenyum dengan ringan dan berkata: “Jangan khawatir, mereka tidak akan tinggal lama di sini.”
“Mereka tak akan tahan untuk tinggal disini lebih dari seminggu.”
Nara tampak ragu – ragu tetapi dia tetap menuruti Reva dengan mengulangi ucapan Reva tadi kepada Rebecca.
Sampai saat ini mereka sekeluarga masih bermimpi dan mengkhayal.
Mereka membayangkan nantinya jika Nadine berhasil melakukan pekerjaannya
dengan baik maka lebih baik dia pindah ke kantor pusat saja. Kemudian usir Nara dari jabatannya dan biarkan Nadine yang mengambil alih perusahaan farmasi Shu.
Pada malam hari setelah pulang kerja, Rebecca menelepon Axel dan memintanya datang ke perusahaan untuk menjemput mereka.
Axel tampak tercengang. “Bukankah perusahaan telah menyediakan mobil untuk Nadine?”
Rebecca kemudian memberikan alasan yang cukup masuk akal. “Nadine sedang pergi menghadiri acara reuni kelas jadi mobilnya telah dibawa dia.”
“Kakak ipar, kita sudah sampai dirumahmu. Bukankah seharusnya kau menyiapkan makan malam untuk kami?”
“Sejak siang kami belum makan dan kami juga sudah bekerja sepanjang hari untuk perusahaanmu.”
“Kalian sekeluarga malah santai sekali dirumah bisa makan makanan yang enak – enak.”
“Apa kalian tidak pernah berpikir siapa yang membantumu menangani bisnis perusahaan?”
“Jadi orang itu setidaknya harus tahu bersyukur sedikit!”
Comments
The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat