Menantu Dewa Obat
Bab 1103
Reva kembali ke mobilnya dan Nara serta Reina sedang menunggunya dengan cemas.
Melihat dia yang pulang dengan tanpa cedera lalu kedua wanita itu menghela nafas dengan lega.
Kemudian Nara berbisik, “Kak Tiger, terima kasih banyak atas masalah kali ini!”
“Benar–benar deh, setiap kali kami harus selalu merepotkanmu. Aku benar–benar merasa tidak enak hati!”
Nara tidak tahu tentang situasi Reva. Dia mengira Reva menyelesaikan masalah ini karena bantuan Tiger.
Dengan cepat Tiger mengibaskan tangannya, “Direktur Shu, jangan terlalu sungkan.”
“Merupakan suatu kehormatan bagiku untuk bekerja dengan kak Reva!”
Reva tersenyum dengan santai. “Oke, sekarang masalahnya sudah selesai. Ayo kita pulang.”
“Tiger, kau lanjutkan kesibukanmu dulu.”
Tiger segera menganggukkan kepalanya dan berjalan pergi bersama semua anak buahnya.
Dengan suara kecil Nara berkata, “Reva, di kemudian hari kita coba untuk menghindari masalah saja, jangan selalu meminta bantuan kak Tiger.”
“Meskipun kau sudah menghasilkan banyak uang baginya pada acara pertemuan pertukaran medis waktu itu namun dia juga sudah banyak membantu keluarga kita.“/
–
“Semakin sering kau menggunakan hutang budi manusia itu lama – lama akan menjadi semakin tipis.”
Reva tersenyum simpul. Dia menggenggam tangan mungil Nara dan berkata, “Aku mengerti, istriku sayang!”
Wajah Nara langsung tersipu: “Kau ini gombal sekali!”
“Masih ada Reina di kursi belakang!”
Reina: “Oh, aku tidak mendengar dan melihat apa – apa!”
Reva dan Nara saling menatap kemudian tersenyum.
Selanjutnya mereka pergi ke Spoon & Stable untuk makan siang lalu pulang ke taman Dragon
Lake.
Sambil tersenyum Esteban berkata, “Aihh, Axel, kau sudah mendapatkan menantu yang baik!”
“Aku sudah pernah bilang sejak dulu bahwa Reva adalah anak yang rendah hati. Dia juga cukup berbakti kepada orang yang lebih tua dan ini adalah hal yang sangat baik!”
Axel tersenyum dengan canggung, “Iya kan!”
“Aihh, ngomong–ngomong, sebelumnya kita benar–benar sangat bodoh karena telah memperlakukan Reva dengan sangat buruk.”
“Untung saja anak ini tidak mempersoalkan sikapku kepadanya di waktu dulu. Kalau digantikan dengan orang lain, bagaimana mungkin dia masih mau memperlakukan kedua orang tua ini dengan baik lagi?”
Ekspresi Alina juga tampak sangat emosional.
Untuk beberapa waktu ini, mereka berdua menjadi semakin puas dan senang terhadap Reva.
Tidak hanya prasangka terhadap Reva yang sirna tetapi yang paling penting adalah mereka juga mulai menginstropeksi diri tentang apa yang telah mereka lakukan sebelumnya dan mereka juga merasa bersalah kepada Reva.
Reva tersenyum kecil. Dia tidak mempersoalkan hal–hal ini.
Asalkan papa dan mama mertuanya tidak berprasangka buruk kepadanya saja, itu sudah cukup dan yang lainnya sama sekali tidak penting!
Setelah mengobrol sebentar lalu Reva memperhatikan ekspresi Alina yang tampak agak sedih dan beberapa kali dia tampak agak ragu membuka mulutnya untuk berbicara.
Comments
The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat